Rabu, 09 Januari 2013

Hello Mellow (part 5)



Seperti biasa aku menjalani hari-hariku. Saat ini aku dan teman-teman sedang berkumpul dikantin. Saat kami sedang asik bercanda, tiba-tiba Nita berlari menuju arah kami. Nita sepertinya ingin menceritakan sesuatu kepada kami. Tapi sebelum Nita bercerita, kami harus menunggu nafas Nita supaya kembali teratur. Setelah Nita tenang, kemudian ia memulai bercerita. Nita menceritaka soal Arvi, yang intinya adalah ternyata Arvi adalah seorang playboy. Tidak hanya sekedar itu, ternyata sebelum Arvi menyatakan cintanya kepadaku, dia sudah terlebih dahulu menyatakan cinta terhadap dua temen cewek disekolahku. Dan kedua temanku itu menolaknya. Salah satu teman cewek yang sudah terlebih dahulu ditembak oleh Arvi menceritakan semuanya kepada Nita. Dia adalah Maya. Seperti apa yang diceritakan Maya terhadap Nita, setelah Arvi menyatakan perasaanya kepada Maya, Maya malah bertanya balik kepada Arvi, “Kenapa kamu enggak nembak Arla aja? Dia sudah jelas suka sama kamu udah lama. Sedangkan aku? Aku bahkan sudah punya pacar.” . “Maaf, tapi Arla bukan tipeku.” ,jawab Arvi dengan gampang pada saat itu.
            Deg! Duer! Hatiku hancur seketika. Aku langsung menangis tersedu-sedu. Hatiku terasa sakit sekali. Seperti tertusuk pedang dengan waktu yang sangat cepat. Aku bingung, sedih, kecewa, sakit, dan perasaan itu tercampur menjadi satu. Aku tidak berhenti menangis. Karena yang bisa kulakukan saat itu hanyalah menangis. Sebenarnya Nita tidak ingin menceritakan hal ini kepadaku dan teman-teman yang lain. Akan tetapi Nita juga tidak mau aku terus-terusan dibohongi oleh Arvi. Untungnya aku segera sadar, kejujuran  itu lebih berharga, lebih baik, dan lebih bermakna walau menyakitkan. Aku ingin sekali berhenti mengeluarkan air mata ini, tapi mataku tidak mampu untuk menyimpan dan membendungnya. Dari kejauhan aku melihat Arvi sedang berkumpul dengan teman-temannya. Namun arah pandangannya tertuju kearahku. Aku sempat bertemu mata dengannya sejenak, ada raut kekhawatiran dalam wajahnya. Tapi dengan cepat aku langsung mengalihkan pandangan darinya.
            Sepulang sekolah Arvi langsung menanyakan keadaanku. Die terlihat khawatir sekali, walaupun hanya melalui pesan singkat. Pesan singkat darinya tidak aku balas karena aku sedang kecewa dan marah terhadapnya. Aku ingin sendiri. Aku butuh ketenangan. Aku butuh kedamaian. Saat itu handphoneku sangaja aku tinggal dan aku taruh diatas meja belajarku. Malam harinya setelah aku pikir aku sudah mendapatkan ketenangan, aku mengambil handphoneku.  Ada 21 missedcall dan 26 SMS masuk. Semuanya dari Arvi. Dengan hati-hati dan menahan emosi, aku meminta penjelasan soal apa yang Maya ceritakan kepada Nita tadi disekolah. “Oke, aku bilang gitu sebelum aku kenal jauh lebih dekat sama kamu. Waktu bisa ngrubah segalanya. Dan aku harap kita masih bias melanjutkan hubungan ini.” ,begitulah jawab Arvi. “Waktu emang bisa ngrubah segalanya, tapi enggak bisa ngrubah rasa sakit yang aku rasain. Oke mulai sekarang kita sahabatan aja. Makasih untuk 21 hari ini dan juga untuk semua yang kamu berikan ke aku.” ,sambungku kepada Arvi. Semoga ini adalah keputusan yng terbaik, doaku dalam hati.
            Pagi ini mendung. Matahari tertutup awan. Nampaknya akan segera turun hujan. Tapi tidak mengurungkan niatku untuk pergi kesekolah. “Selamat pagi, Arla.” ,sapa teman-teman terhadapku setelah aku sampai dibangku tempat dudukku. “Apa kabar, La?” ,tanya Nita kepadaku. “Buruk.” ,jawabku singkat sambil menaruh tas diatas meja. Teman-temanku curiga terhadap sikapku. Mereka saling memberikan kode mata yang mengartikan ada sesuatu yang aku sembunyikan dari mereka. “Mulai sekarang, aku sama Arvi hanya sekedar sahabatan.” ,pernyataanku kepada teman-teman. Teman-temanku sepertinya kaget, namun mereka mengerti kenapa aku memilih keputusan itu.
            “Good morning, students.” ,sama Mrs. Sita saat masuk kelas. “Good morning, Ma’am.” ,jawab seisi kelas dengan kompak. “Kali ini saya akan memberi tugas kekalian untuk membuat drama dalam bahsa inggris. Dikerjakan secara berkelompok. Minggu depan naskah drama harus sudah jadi. Mengerti?” ,penjelasan Mrs. Sita. “Mengerti .” ,jawab seisi kelaas dengan seksama. Aku dan teman-teman memutuskan untuk mengerjakan tugas tersebut besok pada hari Sabtu dirumahku. Dan aku mengajak teman-temanku sekalian untuk menginap dirumahku. 


*  *  *

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates