Seperti biasa aku menjalani hari-hariku. Saat ini aku dan teman-teman
sedang berkumpul dikantin. Saat kami sedang asik bercanda, tiba-tiba Nita
berlari menuju arah kami. Nita sepertinya ingin menceritakan sesuatu kepada
kami. Tapi sebelum Nita bercerita, kami harus menunggu nafas Nita supaya
kembali teratur. Setelah Nita tenang, kemudian ia memulai bercerita. Nita
menceritaka soal Arvi, yang intinya adalah ternyata Arvi adalah seorang
playboy. Tidak hanya sekedar itu, ternyata sebelum Arvi menyatakan cintanya
kepadaku, dia sudah terlebih dahulu menyatakan cinta terhadap dua temen cewek
disekolahku. Dan kedua temanku itu menolaknya. Salah satu teman cewek yang
sudah terlebih dahulu ditembak oleh Arvi menceritakan semuanya kepada Nita. Dia
adalah Maya. Seperti apa yang diceritakan Maya terhadap Nita, setelah Arvi
menyatakan perasaanya kepada Maya, Maya malah bertanya balik kepada Arvi, “Kenapa kamu enggak nembak Arla aja? Dia
sudah jelas suka sama kamu udah lama. Sedangkan aku? Aku bahkan sudah punya
pacar.” . “Maaf, tapi Arla bukan
tipeku.” ,jawab Arvi dengan gampang pada saat itu.
Deg! Duer! Hatiku hancur seketika.
Aku langsung menangis tersedu-sedu. Hatiku terasa sakit sekali. Seperti
tertusuk pedang dengan waktu yang sangat cepat. Aku bingung, sedih, kecewa,
sakit, dan perasaan itu tercampur menjadi satu. Aku tidak berhenti menangis.
Karena yang bisa kulakukan saat itu hanyalah menangis. Sebenarnya Nita tidak
ingin menceritakan hal ini kepadaku dan teman-teman yang lain. Akan tetapi Nita
juga tidak mau aku terus-terusan dibohongi oleh Arvi. Untungnya aku segera
sadar, kejujuran itu lebih berharga, lebih
baik, dan lebih bermakna walau menyakitkan. Aku ingin sekali berhenti
mengeluarkan air mata ini, tapi mataku tidak mampu untuk menyimpan dan
membendungnya. Dari kejauhan aku melihat Arvi sedang berkumpul dengan
teman-temannya. Namun arah pandangannya tertuju kearahku. Aku sempat bertemu
mata dengannya sejenak, ada raut kekhawatiran dalam wajahnya. Tapi dengan cepat
aku langsung mengalihkan pandangan darinya.
Sepulang sekolah Arvi langsung
menanyakan keadaanku. Die terlihat khawatir sekali, walaupun hanya melalui
pesan singkat. Pesan singkat darinya tidak aku balas karena aku sedang kecewa
dan marah terhadapnya. Aku ingin sendiri. Aku butuh ketenangan. Aku butuh
kedamaian. Saat itu handphoneku sangaja aku tinggal dan aku taruh diatas meja
belajarku. Malam harinya setelah aku pikir aku sudah mendapatkan ketenangan,
aku mengambil handphoneku. Ada 21 missedcall dan 26
SMS masuk. Semuanya dari Arvi. Dengan hati-hati dan menahan emosi, aku meminta
penjelasan soal apa yang Maya ceritakan kepada Nita tadi disekolah. “Oke, aku bilang gitu sebelum aku kenal jauh
lebih dekat sama kamu. Waktu bisa ngrubah segalanya. Dan aku harap kita masih
bias melanjutkan hubungan ini.” ,begitulah jawab Arvi. “Waktu emang bisa ngrubah segalanya, tapi enggak bisa ngrubah rasa
sakit yang aku rasain. Oke mulai sekarang kita sahabatan aja. Makasih untuk 21
hari ini dan juga untuk semua yang kamu berikan ke aku.” ,sambungku kepada
Arvi. Semoga ini adalah keputusan yng
terbaik, doaku dalam hati.
Pagi ini mendung. Matahari tertutup
awan. Nampaknya akan segera turun hujan. Tapi tidak mengurungkan niatku untuk
pergi kesekolah. “Selamat pagi, Arla.”
,sapa teman-teman terhadapku setelah aku sampai dibangku tempat dudukku. “Apa kabar, La?” ,tanya Nita kepadaku. “Buruk.” ,jawabku singkat sambil
menaruh tas diatas meja. Teman-temanku curiga terhadap sikapku. Mereka saling
memberikan kode mata yang mengartikan ada sesuatu yang aku sembunyikan dari
mereka. “Mulai sekarang, aku sama Arvi
hanya sekedar sahabatan.” ,pernyataanku kepada teman-teman. Teman-temanku
sepertinya kaget, namun mereka mengerti kenapa aku memilih keputusan itu.
“Good morning, students.” ,sama Mrs.
Sita saat masuk kelas. “Good morning, Ma’am.” ,jawab seisi kelas dengan kompak.
“Kali ini saya akan memberi tugas kekalian untuk membuat drama dalam bahsa
inggris. Dikerjakan secara berkelompok. Minggu depan naskah drama harus sudah
jadi. Mengerti?” ,penjelasan Mrs. Sita. “Mengerti .” ,jawab seisi kelaas dengan
seksama. Aku dan teman-teman memutuskan untuk mengerjakan tugas tersebut besok
pada hari Sabtu dirumahku. Dan aku mengajak teman-temanku sekalian untuk
menginap dirumahku.
* * *
0 komentar:
Posting Komentar