Rabu, 09 Januari 2013

Hello Mellow (part 3)



            Hari demi hari berlalu.  Hubungan pertemananku dengan Arvi semakin dekat. Aku menjalani hari-hariku dengan riang. Teman-temanku kini mengerti perubahan sikapku. Yang mereka bisa lakukan hanyalah mendukung aku dari belakang. Aku dan teman-teman berfikir, kedekatanku dengan Arvi sampai saat ini bukan hanya sebagai hubungan pertemana biasa. Namun disertai dengan suatu perasaa tersendiri. Tetapi ternyata perkiraanku dan teman-teman selama ini salah besar. Arvi ternyata tidak memiliki perasaan tersendiri terhadapku. Ia menganggap hubunganku dengan dia selama ini hanya sebagai pertemanan biasa. Namun aku yang terlalu percaya diri dan menganggap berlebihan. Kenyataan yang ada ternya Arvi baru saja memiliki pacar baru. Orang itu adalah salah satu murid samping kelasku.
            Perasaanku saat itu hancur seketika. Marah, sedih, kecewa semua tercampur menjadi satu. Saat itu aku menangis. Menangis karena kecewa. Orang yang selama ini sudah aku anggap sebagai penyemangatku ternyata lebih memilih orang lain dibanding aku. Teman-temanku hanya bisa membantu membesarkan hatiku. Saat itu aku kembali trepukul. Sosok Arvi kembali lagi seperti sosok yang menghantuiku. Aku hanya bisa bersabar dan berlapang dada menerima kenyataan yang ada. Selama ini aku sudah salah. Aku sudah beranggapan yang berlebihan. Aku berfikir, aku harus melupakan semuanya tentang Arvi. Aku berusaha bangkit supaya tidak terlalu lama trepuruk. Tapi hasilnya nihil. Kenyataan yang ada, aku seperti tidak memiliki semangat hidup. Teman-teman dekatku sudah sangat berusaha menghiburku, tapi tetap saja aku belum bisa menerima kenyataan. Aku ingin sekali melupakannya dan aku akan terus berusaha seiring dengan berjalannya waktu.
            Teman-temanku merasa tidak terima. Mereka sayang sekali denganku. Mereka tidak ingin membuat orang yang mereka sayangi tersakiti. Akhirnya setelah berfikir panjang, aku dan temna-teman memutuskan bertemu secara pribadi dengan Arvi. Aku dan teman-teman ingin meminta penjelasan tentang sikap yang dia berikan selama ini kepadaku. Karena bisa dibilang sikap yang Arvi berikan adalah sikap yang memberikan harapan. Tapi ternyata tidak. Arvi beranggapan hubungannya selama ini denganku hanyalah sebatas pertemanan biasa. Itu kesimpulan yang aku dapat setelah dia mengirim pesan singkat kepadaku sepulang kami bertemu dengannya. Tidak tau kenapa pada saat bertemu Arvi tidak berbicara banayak. Tapi diisi pesan singkat darinya dia bisa menjelaskannya. Arvi merasa bersalah denganku, lalu di meminta maaf melalui pesan singkat itu.
            Setelah kejadian itu, aku dan Arvi kembali sering berkirim pesan singkat. Aku berusaha melupakan semuanya yang sudah terjadi tentang aku dan Arvi. Aku juga berusaha menghilangkan virus cintaku terhadapnya. Selain itu, aku juga menancapkan kalimat ‘Arvi adalah temanku dan tidak lebih’ didalm benak fikiranku. Kini hari-hariku berjalan kembali seperti biasanya. Tanpaku duga, ternyata hubunganku dengan Arvi kembali dekat. Bahkan sngat dekat. Karena aku tidak mau terjebak dalam perangkap cintanya lagi, aku menganggap kedekatanku dengannya adalah suatu hal yang biasa. Hubungan Arvi dengan teman samping kelasku ternyata tidak berangsur lama. Sebagai teman yang baik, maka aku berusaha untuk menghibur dan membesarkan hatinya. Karena saat ini aku tau pasti Arvi sangat merasa terpuruk. Aku merasa kasian sekali dengannya. Walaupun aku sempat merasa disakitinya, tapi aku sangat tidak tega jika dia sedang sedih sama seperti sekarang ini. Apa iya aku seperti ini karena aku sudah terlanjur menyayanginya?


*  *  *

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates